JAKARTA – Berkembang pesatnya pertumbuhan investor pasar modal saat ini membawa berkah terhadap pertumbuhan transaksi dan likuiditas di pasar. Namun ironisnya, di balik pertumbuhan investor tidak dibarengi pertumbuhan profesi analis pasar modal. Apalagi, seiring dengan pesatnya pertumbuhan teknologi informasi membuat beberapa profesi akan digantikan oleh sistem teknologi informasi.
Gejala itu mulai dirasakan oleh para analis saham saat ini. Bahkan, dalam 10 tahun mendatang, profesi itu diprediksi bakal tiada. ”Profesi analis saham akan hilang dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang,“ kata Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan di Jakarta, kemarin.
Dia menceritakan, saat ini lebih dari 15 rekannya telah mengembangkan sistem teknologi informasi terkait analisa saham. Sehingga para investor secara mandiri dapat melakukan analisa saham sebelum memutuskan berinvestasi. “Semua sudahautomatic, mau sell atau buy sudah ada tool support dan resistance-nya sehingga setiap pagi atau sore investor tinggal lihat hasil trading-nya,”jelasnya.
Namun demikian, lanjut dia, analis saham yang mampu menerjemahkan teknik analisa saham ke dalam aplikasi teknologi informasi akan mendapat peluang untuk bekerja secara mandiri. “Kalau masih mau bekerja pada perusahaan sekuritas, ya makan-lah gajian sekian, tapi kalau dia mau mandiri dan juga bisa menerjemahkan ilmu kedalam bahasa algoritma menjadi apps maka dia bisa jual ke investor,” terang dia.
Dia menambahkan, saat ini para analis telah mengembangkan analisa saham dalam bentuk aplikasi teknologi informasi dan telah digunakan oleh investor saham. Aplikasi itu, kata dia, memiliki pasar yang cukup besar. Pasalnya, saat ini terdapat 670.000 investor saham dan akan terus bertambah. ”Memang ada yang menggratiskan, tapi ada yang menjual Rp250 ribu per investor sampai Rp1 juta per investor, bahkan sistem itu ada yang mau beli miliaran rupiah,” kata dia.
Sebagai informasi, saat ini setidaknya ada 3.000 analis berlisensi di berbagai perusahaan, baik itu perusahaan efek maupun perusahaan di sektor riil. Jumlah itu memang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan emiten yang tercatat di bursa, terus mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu, kebutuhan akan analis kian kritis mengingat setiap tahunnya ada beberapa tambahan emiten baru. Tahun ini saja, BEI menargetkan ada 30 emiten baru. Artinya, jika setiap tahun jumlah analis tidak bertambah, maka semakin banyak juga sektor yang tidak di-cover analis.
(ris)
Baca Kelanjutan Pengaruh Teknologi, Profesi Analis Saham Terancam "Punah" - Okezone : https://ift.tt/2HadXJy
Comments
Post a Comment